--> Skip to main content

follow us

Kumpulan Pepatah-petitih, Mamang, Bidal Pantun dan Gurindam Minangkabau Bagian Ketiga

Petatah petitih berbahasa Minangkabau sangatlah banyak. Itu terbukti dari banyaknya beredar petatah petitih, mamang, bidal pantun dan gurindam itulah tersimpan mutiara-mutiara dan kaedah-kaedah yang tinggi nilainya untuk kepentingan hidup bergaul dalam masyarakat. Dimana kalimat demi kalimat yang disusun mengandung sarat makna. Baik langsung maupun tak langsung.

Pada postingan blogminangkabau.com kali ini adalah merupakan kelanjutan dari postingan Kumpulan pepatah-petitih, mamang, bidal pantun dan gurindam Minangkabau yang sebelumnya. Postingan kali ini adalah bagian ketiga. Mari langsung disimak satu persatu dan renungkan maknanya.

91. Bak api didalam sakam, aia tanang mahannyuikkan.


Seseorang yang mempunyai dendam diluar tidak kelihatan, tetapi setelah terjadi kejahatan saja baru diketahui.

92. Bak tapijak dibaro angek, bak cando lipeh tapanggang.


Seseorang yang sifatnya tergesa-gesa, berbuat tanpa memikirkan akibat.

93. Bak maungkik batu dibancah, bak manjujuang kabau sikua.


Suatu pekerjaan yang sukar dikerjakan, dan kalau dikerjakan menjadi sia-sia, bahkan menimbulkan kesulitan.

94. Baban barek singguluang batu, kayu tapikua dipangkanyo.


Suatu pekerjaan yang dikerjakan tetapi tidak ada keuntungan materil yang diharapkan (sosial)

95. Bak kudo palajang bukik, umpamo gajah paangkuik lado.


Suatu pekerjaan bersama-samalah seorang dari orang yang berjasa dalam pekerjaan itu tidak diberi penghargaan sewajarnya.

96. Bak banang dilando ayam, bak bumi diguncang gampo.


Suatu kerusuhan dan kekacauan yang timbul dalam suatu masyarakat yang sulit untuk diatasi.

97. Bak baluik di gutiak ikua, bak kambiang tamakan ulek.


Seseorang yang mempunyai sifat dan tingkah laku yang kurang sopan dan tidak memperdulikan orang lain yang tersinggung karena perbuatannya.

98. Babana ka ampu kaki, ba utak ka pangka langan.


Seseorang yang mudah tersinggung dan mudah berkelahi karena hal kecil.

99. Baumpamo batuang tak bamiyang, bak bungo tak baduri.


Seseorang yang tidak mempunyai sifat malu dalam hidup, baik laki -laki dan perempuan.

100. Basilek dipangka padang, bagaluik diujuang karieh, kato salalu baumpamo, rundiang salalu bamisalan.


Pepatah, petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat Minang Kabau, selalu mempunyai arti yang tersurat dan tersirat (berkias).

101. Bakato sapatah dipikiri, bajalan salangkah madok suruik.


Setiap yang akan dikatakan hendaklah dipikirkan lebih dahulu, sehingga perkataan itu tidak menyinggung orang lain.

102. Bajalan paliharolah kaki, maliek paliharolah mato.


Menurut adat berjalan dan melihat, bahkan setiap gerak dan perilaku hendaklah diawasi, jangan sampai merussak perasaan orang lain.

103. Bukik putuih rimbo kaluang, dirandang jaguang dihanggusi. Hukum putuih badan tabuang, dipandang gunuang ditangisi.


Seseorang yang berpantun diwaktu dia akan menjalani hukuman karena melawan penjajah Belanda.

104. Camin nan tidak namuah kabua, palito nan tidak kunjuang padam.


Ajaran Adat/Syarak di Minangkabau bagaimanapun tetap dicintai dan dihormati oleh masyarakatnya

105. Cadiak jan bambuang kawan, gapuak nan usah mambuang lamak, tukang nan tidak mambuang kayu.


Dalam pergaulan hendaklah bisa mempergunakan semua orang, jangan dengan jalan bertindak sendiri, walaupun cukup mempunyai kecerdasan.

106. Condong jan kamari rabah, luruih manantang barieh Adat.


Didalam pergaulan hendaklah mempunyai pendirian yang kokoh, dan selalu dijalan yang benar.

107. Cupak basitalago panuah, undang maisi kandak, bak kain pambaluik tubuah, paralu dipakai tak buliah tidak.


Adat dan Syarak di Minangkabau adalah dua ajaran yang mutlak dipakai dan diamalkan.

108. Capek kaki ringan tangan, capek kaki indak panaruang, ringan tangan bukan pamacah.


Sifat pemuda-pemudi yang terpuji dan dikehendaki oleh Adat dan agama di Minangkabau, yakni tangkas dan kesatria tetapi tidak melampaui kesopanan.

109. Cadiak malam biguang siang, gilo maukia kayu tagak.


Seseorang yang panjang angan-angan, tetapi satupun tak dapat dikerjakannya, rencana tinggal rencana, mempunyai sifat pemalas.

110. Cancang tadadek jadi ukia, kuah talenggang ateh nasi.


Suatu pekerjaan yang tidak terduga salah melaksanakannya, tetapi karena keahliannya dapat menjadi baik.

111. Cinto banyak parisau ragu, budi manunggu di ulemu, paham babisiak didalam bathin.


Sifat seseorang yang selalu mengelamun, tetapi tak berani melahirkan maksud hati.

112. Caliak anak pandang minantu, mato nan condoang ka nan elok.


Seorang ibu/bapak hendaklah mencari menantunya yang sesuai dengan anaknya.

113. Calak-calak ganti asah, pananti tukang manjalang datang, panunggu dukun manjalang tibo.


Seseorang yang dapat bertindak sementara tenaga yang diharapkan dan ditunggu datang, ( memberikan pertolongan pertama )

114. Cabua samo dibuang, usua samo dipamain.


Setiap kita harus menjauhi perbuatan cabul, dan selalulah mempergunakan informasi dengan sebaik-baiknya.

115. Dek ribuik rabahlah padi, dicupak datuak tumangguang, hiduik kalau tidak babudi, duduak tagak kamari tangguang.


Seseorang yang tidak berbudi pekerti yang baik maka hidupnya dalam masyarakat serba susah dan sukar mendapat teman.

116. Dicancang pua manggarik andilau.


Seorang membikin malu semua keluarga merasa malu.

117. Dimudiak tubo dilapeh, dihilia lukah mananti, ditanggah jalo takambang, dilua parangkok makan.


Suatu pekerjaan dalam masyarakat, atau suatu persoalan yang tidak dapat mengelakan diri dari padanya.

118. Dek ketek taanjo-anjo, lah gadang tabao-bao, lah tuo tarubah tido, sampai mati manjadi paranggai.


Setiap pekerjaan yang dibiasakan mengerjakannya semenjak kecil baik atau buruk, sukar untuk merobahnya, bahkan sampai mati tetap akan merupakan pakaian.

119. Dimano kain kabaju, diguntiang indaklah sadang, lah takanak mangko diungkai, dimano nagari namuah maju, Adat sajati nanlah hilang, dahan jo rantiang nan dipakai.


Kamajuan suatu negri di Minangkabau, tidak akan dapat dicapaidengan baik, kalaukiranya ajaran Adat diamalkan tidak sepenuh hati, atau tinggal sebutan.

120. Dalam aia buliah diajuak, dalam hati siapo tahu.


Manusia bisa mengetahui yang lahir, yang bathinnya dalam hati manusia hanya Tuhan yang mengetahuinya.

Demikianlah kelanjutan dari postingan Kumpulan pepatah-petitih, mamang, bidal pantun dan gurindam Minangkabau bagian ketiga. Semoga Postingan kali ini bermanfaat dan dapat diterapkan pada kehidupan nyata orang Minangkabau sekarang.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar