--> Skip to main content

follow us

Sejarah Masuknya Islam ke Minangkabau, Tahap, Cara dan Tokoh yang Berperan

Sejarah Masuknya Islam ke Minangkabau, Tahap, Cara dan Tokoh yang Berperan


Masyarakat Minangkabau memiliki karakter yang lebih terbuka dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya membuat masyarakat Minangkabau berada pada posisi yang dapat dengan mudah menerima pengaruh kebudayaan luar secara cepat sejauh tidak bertentangan dengan nilai-nilai adat, budaya dan filosofi hidupnya, yang telah ada sejak dulu. Meski demikian, mereka juga sangat kritis terhadap setiap budaya yang masuk dari luar.

Karena itu pula, setiap budaya yang datang dari luar yang tidak sesuai dengan budayanya tidak akan bertahan lama, seperti budaya dan ajaran yang dibawa oleh agama Hindu-Buddha.

Minangkabau dengan kebudayaannya yang khas telah ada jauh sebelum Islam datang, bahkan juga jauh sebelum agama Buddha dan Hindu memasuki wilayah Nusantara (Indonesia).

Dapat dipahami bahwa budaya Minangkabau itu telah mencapai bentuk yang terintegrasi sebelum agama Hindu dan Buddha serta agama Islam datang. Adatnya yang didasarkan pada perasaan, hati nurani dan hukum alam yang termuat dalam falsafah alam Minangkabau Tungko tigo sajarangan, yaitu alua jo patuik, anggo jo tango dan raso jo pareso.

Sejarah Masuknya Islam ke Minangkabau


Islam masuk ke Minangkabau diperkirakan sekitar abad VII M. Meskipun begitu ada juga pendapat lain, yaitu abad XIII.

Dari data dan kesepakatan sejarawan menyatakan bahwa penyebaran Islam di Minangkabau melalui tiga jalur atau tepatnya tiga cara diantaranya sebagai berikut:

1. Perdagangan


Jalur dagang atau perdagangan adalah cara pertama agama Islam masuk ke Minangkabau.

Ini dikarenakan wilayah kekuasaan Minangkabau terletak pada jalur yang strategis dalam hal perdagangan.

Selain itu Minangkabau dahulunya merupakan penghasil komoditi pertanian dan rempah-rempah terbesar di pulau Sumatera seperti lada dan pala.

Potensi demikian mengundang minat para pedagang asing untuk memasuki dan mengembangkan pengaruhnya di Minangkabau. Termasuk pedangang dari arab dan India.

Dan diantara para pedagang asing tersebut, ada pedagang Islam yang mana mereka juga menyebarkan Islam di Minangkabau.

Interaksi dalam hal perdagangan dan pergaulan maka secara tidak langsung, mereka juga telah menyiarkan Islam. ini menunjukkan bahwa penyiaran Islam ketika itu telah berlangsung meskipun belum terencana dan terprogram untuk wilayah Minangkabau.

Karena itulah, banyak diantara tokoh-tokoh Minang tertarik dengan Islam, apalagi praktik hidup mereka. Salah satu yang mendorong dan mudahnya mereka menerima Islam adalah ajarannya yang sederhana dan mudah dipahami.

Budaya dan falsafah adat Minangkabau yang dianut dan sifat yang lebih terbuka memberikan nuansa positif bagi perkembangan Islam di wilayah Minangkabau kala itu.

Namun demikian dalam catatan sejarah penyiaran Islam di Minangkabau sempat terhenti pada periode ini karena terhalang oleh tindakan yang dilakukan oleh Dinasti Cina T’ang yang merasa kepentingan ekonominya di Minangkabau Timur terancam oleh Khalifah Umayyah pada saat itu.

Keadaan pemblokiran yang dilakukan oleh dinasti Cina T'ang ini berlangsung lebih kurang 400 tahun lamanya. Akibatnya perkembangan Islam di Minangkabau sempat terhenti sampai tahun 1000 M.

Berdasarkan gambaran sejarah di atas dapat dipahami bahwa pengembangan Islam pada dekade ini dilakukan melalui pendekatan kultural, yaitu disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Minang.

2. Pengaruh Kesultanan Aceh / Samudera Pasai


Pengaruh Kesultanan Aceh / Samudera Pasai adalah cara kedua masuknya Islam ke Minangkabau. Penyiaran Agama Islam di Minangkabau pada tahap ini berlangsung pada saat Pesisir Barat Minangkabau berada di bawah pengaruh Aceh (1285-1522 M). Baca juga Tragedi Pagaruyuang yang Mengerikan.

Sebagai umat yang telah terlebih dulu masuk Islam, pedagang Aceh juga berperan sebagai Mubaligh. Mereka giat melakukan penyiaran dan mengembangkan Islam di daerah pesisir dimana mereka berdagang terutama wilayah yang berada di bawah pengaruh Aceh (Samudra Pasai).

Salah satu faktor pendorong mereka adalah hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “Sampaikanlah ajaranku meskipun hanya satu ayat”. Sejak itu Islamisasi di Minangkabau dilakukan secara besar-besaran dan terencana. Keadaan ini berlangsung hingga abad XV M.

Pada masa ini pula seorang putra Minangkabau Burhanuddin, putra Koto Panjang Pariaman, masuk Islam. ia kemudian pergi Aceh menuntut ilmu keislaman pada Syaikh Abdur Rauf. Setelah pulang dari aceh, ia secara intensif mulai mengajarkan Islam di daerahnya terutama sekitar Ulakan.

Ternyata apa yang ia usahakan disambut baik oleh masyarakat untuk mempelajari dari berbagai pelosok Minangkabau.

Dalam waktu relatif pendek, Ulakan menjadi ramai dikunjungi masyarakat untuk mempelajari Islam lebih jauh. Padahal sebelumnya, Ulakan hanya suatu daerah terpencil. Bonus info Sejak itu sampai sekarang tempat ini masih ramai dikunjungi oleh umat Islam dari berbagai penjuru tanah air, terutama pada bulan Shafar.

Melalui murid-murid Burhanuddin lah Islam berkembang sampai ke daerah Darek (dataran tinggi). Sehubungan dengan itu muncul pepatah adat mengatakan bahwa syarak mandaki adat menurun.

Artinya, Islam mulai dikembangkan dari di daerah pesisir ke daerah pedalaman, sementara adat berasal dari darek baru kemudian dikembangkan ke daerah rantau termasuk pesisir.

3. Penganut Islam Pesisir Minangkabau Menyiarkan ke Daerak Darek


Pada tahap ketiga ini Islam dari pesisir Barat terus mendaki ke daerah Darek. Maksudnya orang Pesisir Minangkabau mulai menyiarkan Islam ke daerah pusat Minangkabau.

Pada periode ini kerajaan Pagaruyung sebagai pusat pemerintahan Minangkabau masih menganut agama Buddha, namun demikian, sebagian besar masyarakat telah menganut Islam, pengaruhnya begitu nampak di dalam kehidupan sehari-hari.

Keadaan ini bagi Pagaruyung hanya menunggu waktu memeluk Islam. sehubungan dengan hal itu, Islam baru masuk menembus Pagaruyung setelah Anggawarman Mahadewa, sang raja, memeluk Islam.

Setelah Anggawarman Mahadewa masuk Islam namanya diganti dengan Sultan Alif.

Sejak itu, Pagaruyung resmi menjadi kerajaan Islam dan sekaligus raja melakukan perombakan dan penyempurnaan sistem pemerintahan disesuaikan dengan lembaga yang telah berkembang di dunia Islam.

Penyempurnaan yang dilakukan adanya lembaga pemerintahan bari di tingkat atas, yaitu raja ibadat berkedudukan di Sumpur Kudus. Lembaga ini merupakan imbangan terhadap raja adat berkedudukan di Buo.

Setelah Islamnya Anggawarman Mahadewa, secara tidak langsung penyebaran Islam makin luas hampir ke seluruh wilayah Minangkabau.

Hal ini tentu saja tidak terlepas dari pengaruh dan dukungan yang diberikan Sultan Alif terhadap penyiaran Islam.

Meksipun ketika itu penguasa memberikan dukungan penuh kepada para da’I, namun penyiaran Islam tidak dilakukan melalui pendekatan kekuasaan, tetapi tetap melalui pendekatan kultural masyarakat, sehingga tidak terjadi akses negative, apalagi meresahkan masyarakat setempat.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, kehadiran Islam bagi masyarakat Minangkabau merupakan suatu rahmat, karena dengan ajaran Islam adat Minangkabau semakin kokoh dan sempurna.

Sehubungan dengan itu, Syaifullah berpendapat bahwa sejak Islam menjadi agama masyarakat Minangkabau, adatnya mengandung ajaran-ajaran yang bersamaan dalam bidang sosial.

Dengan begitu adat Minangkabau juga mengandung ajaran tentang aturan yang mengatur tentang hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan Khaliqnya, aturan tentang membina persatuan, aturan tentang memegang teguh prinsip musyawarah atau mufakat, dan tujuan yang hendak dicapai dengan mempergunakan ajaran yang empat macam sebagai pegangan dan pedoman.

Berdasarkan paparan di atas proses masuknya Islam ke Minangkabau tidak terlepas dari peran Ulama Aceh, salah satunya adalah Syaikh Abdur Rauf, yang turut menyiarkan dan menyebarkan Islam melalui Syaikh Burhanuddin.

Dan Al-Qur’an bagi orang Minangkabau merupakan konstitusi tertinggi bagi budaya dan masyarakat. Karenanya tidak masuk akal jika ada orang Minang yang beragama selain Islam.

Dan tidak pula keliru menyebut bahwa orang Minang yang pindah agama tidak lagi berada dalam koridor ke-Minangkabauannya. Karena itu aib besar bagi seorang Minang dikatakan tidak beradat dan tidak beragama (Islam).

Sumber referensi sejarah masuknya Islam ke Minangkabau adalah Bakhtiar, dkk., Ranah Minang Di Tengah Cengkeraman Kristenisasi, Bumi Aksara, 2005, hlm. 7. Ibid, hlm. 16-17. Ibid, hlm. 17-18. Ibid, hlm. 18-19. Ibid, hlm. 19-20. Ibid, hlm. 31-33. Wikipediadan banyak sumber lainnya.

Demikianlah Sejarah Masuknya Islam ke Minangkabau, Tahap demi Tahap, Cara dan Tokoh yang Berperan. Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa share ya. Assalamualaikum.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar