Beredar video lucu (menurut mereka) saat Jokowi menyebut Al-Fathihah dgn lisan Jawa (al-Fatekhah) dan diputar oleh orang Minang. Kujawab: "Jangan mencemooh lisan orang Jawa yg terbiasa dari sononya menyebut Hasan menjadi Khasan dan menyebut Husein menjeadi Khusein. Sedangkan anda sendiri menyebut Muhammad menjadi Muamaik (tanpa h) atau Muhamaik. Ingin menertawakan lisan orang lain, periksa dulu lisan anda. Orang Sunda menyebut Allah menjadi Alloh. Kenapa tidak ditertawakan?" (Kata Kita)Menjawab Pernyataan (Fitnah) Kata Kita Tentang Penyebutan Muhamaik dan Muamaik Pada Lafaz Muhammad - Begitulah kira-kira pernyataan Kata Kita yang di posting pada tanggal 9 Oktober 2018 jam 5 WIB. Pernyataan tanpa alasan dan lebih tepatnya menurut saya tidak tepat dan tidak memiliki dasar kuat. Pernyataan ini sangat menyinggung Saya selaku orang Minangkabau dan Orang Minangkabau lainnya. Banyak sekali orang Minangkabau yang sangat tersinggung karena pernyataan Kata Kita yang sangat kurang ajar tersebut.
Kata Kita sangat tidak memiliki dasar yang valid. Jika kata kita membuat itu karena ketidak ketahuannya tentang Minangkabau. Maka saya seorang Minangkabau asli bisa memaklumi. Tapi jika Kata Kita membuatnya hanya untuk sekedar melakukan pembenaran dan pembelaan buta. Maka saya sangat tidak terima dengan pernyataan seperti itu.
Jelas kata kita sangat rasis dalam membuat sebuah perbandingan. Jelas sekali kata kita sangat tidak paham dalam melakukan pembelaan. jelas sekali kata kita sangat tidak sopan dalam membuat sebuah pandangan. Dan sangat jelas sekali Kata Kita lah yang memancing ketidak Bhinnekaan. Kenapa saya mengatakan demikian?
Kata Kita, Menyebutkan bahwa : Sedangkan anda sendiri menyebut Muhammad menjadi Muamaik (tanpa h) atau Muhamaik. Ingin menertawakan lisan orang lain, periksa dulu lisan anda. Orang Sunda menyebut Allah menjadi Alloh. Kenapa tidak ditertawakan?
Pertanyaan saya, Apakah Kata Kita Memahami Minangkabau? Budaya, Pelafasan dan Karakteristik Orang Minang yang dia jadikan bahan perbandingan? Jika dilihat dari penggalan pernyataan kata kita di atas jelas sekali kata kita sangat tidak paham Minangkabau secara utuh.
Jika kata kita menyebut orang Minangkabau menyebut nama (Nabi) Muhammad dengan sebutan Muamaik dan Muhamaik Maka itu fitnah dan salah besar. Saya adalah orang minang asli dengan bapak Minang Ibu juga terlahir Minang dan di besarkan lebih dari 20 tahun di perkampungan Minang Asli. Ingat perkampungan Minang Asli. Tepatnya di wilayah Kabupaten Solok Sekarang. Dan anda pasti tahu Kabupaten Solok adalah bagian dari Minangkabau Tua, dan disebut dengan luhak mudo dan termasuk ke dalam hukum adat Minang Kubuang Tiga Belas. Silahkan anda Kata Kita mencari sejarah Kubuang Tigo Baleh di internet.
Jika anda Kata Kita Menyebut orang Minang menyebut Muhammad dengan Muamaik dan Muhamaik jelas sekali anda sangat tidak mengenal Bahasa, budaya dan Adat Minangkabau. Saya dengan tegas mengatakan seumur hidup saya lebih dari 20 tahun, Tidak pernah mendengar Penyebutan nama Nabi (Rasul) Muhammad SAW (Dalam Lafas Bahasa Arab dan Alquran, Baik doa Maupun Ayat) dengan Muamaik dan Muhamaik . Jika anda Kata Kita tetap bersikeras ada. Maka sekali lagi saya katakan anda Kata Kita Asbun alias asal bunyi.
Perlu Anda ketahui, Kata Muamaik dan Muhamaik itu (hanya) Sebagian Kecil diucapkan oleh orang Minang yang ada di bagian Pantai Perbatasan Minang dengan Batak. Dan Tahukan anda itu persis asal mulanya seperti orang Jawa atau orang di luar Minang belajar dan mencoba berbahasa Minang. Kurang lebih contoh kasusnya begini, Seperti orang bukan Minang menyebut Uda (maka akan terdengar berbeda sekali dengan bunyi yang di lafaskan oleh orang minang Asli).
Contoh lainnya adalah pada kata Selamat yang orang Non Minang melafaskan ke dalam bahasa Minang menjadi Sala-Maik- Padahal sebenarnya dalam aturan bahasa Minang Asli tidak mengenal pelafasan seperti itu. Pelafasan yang tepat adalah Salamek.
Sampai di sini Apakah Anda (Kata Kita) Paham? Jika Anda tidak paham, Saya tidak heran karena anda selaku Pengguna Media sosial memang tidak pernah paham dan tidak pernah mau memahami penguna Media sosial lainnya. Anda Kata Kita hanya paham apa yang ada dalam perut anda, Anda hanya melempar statement Buta referensi dan pengetahuan.
Saya selaku pembantah penyataan kata Kita dan Menjawab Pernyataan (Fitnah) Kata Kita Tentang Penyebutan Muhamaik Pada Lafaz Muhammad tidak akan membahas arti Afathekah atau Alfateka yang di (Lafaskan Jokowi Menurut Anda Kata Kita). Tapi saya hanya akan menjawab pernyataan serampangan tepatnya Fitnah Kata Kita Tentang Penyebutan Muhamaik Pada Lafaz Muhammad. Saya Orang Minang secara tegas dan lantang mengatakan statement anda tentang Penyebutan Muhamaik Pada Lafaz Muhammad Orang Minang itu salah besar.
Untuk referensi bagi Anda Kata kita, Silahkan anda cari pituah, Gurindam dan Pantun Minangkabau (Yang Valid Tentunya). Apakah Anda menemukan kata atau umumnya bahasa Alquran (Bahasa Inti) yang di ubah menjadi dialeg atau pengucapan Minang?
Demikianlah Bantahan saya Menjawab Pernyataan (Fitnah) Kata Kita Tentang Penyebutan Muhamaik dan Muamaik Pada Lafaz Muhammad.