--> Skip to main content

follow us

Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek (Kaciak), Mahkota Anggun Perempuan Minang Nan Sarat Makna

Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek (Kaciak), Mahkota Anggun Perempuan Minang Nan Sarat Makna
Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek (Kaciak), Mahkota Anggun Perempuan Minang Nan Sarat Makna (sumber insta) 
Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek (Kaciak), Mahkota Anggun Perempuan Minang Nan Sarat Makna

Blogminangkabau.com -- Siapa yang tidak kenal dengan Suntiang Minangkabau? Suntiang Minangkabau adalah Mahkota Perempuan Minangkabau. Karena Suntiang Minangkabau adalah aksesoris wajib dalam pakaian adat Minangkabau. Suntiang Minangkabau mempunyai ciri khas yang unik. Di setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri pada setiap daerahnya.

Nah di Blogminangkabau.com ini akan dibahas beberapa hal Mengenai Suntiang Mahkota Perempuan Minangkabau. Suntiang Minangkabau merupakan Kebudayaan dan adat istiadat di Indonesia, memang sangat beragam unik dan juga kaya akan nilai filosofi sebagai acuan bagi masyarakatnya dalam menjalani kehidupan. Tiap daerah dan provinsi di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing mulai dari pakaian daerah, kesenian daerah, rumah tradisional hingga makanan khas.

Semua hal yang menyangkut adat istiadat memiliki filosofi dan pakem masing-masing. Kali ini kita akan membahas tentang pakaian tradisional Minangkabau Sumatera barat khususnya pakaian wanita Bundo Kanduang. Posisi seorang wanita bagi masyarakat Minangkabau memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini di buktikan dengan begitu tingginya kedudukan wanita di minangkabau sehingga di beri gelar Bundo Kanduang. Tidak hanya itu garis keturunan masyarakat minang atau yang biasa disebut suku. Diambil dari garis keturunan Ibu si anak matrilinial. Misalnya sang ibu memiliki suku koto sementara sang ayah sukunya chaniago maka ketika anak mereka lahir, sang anak otomatis mengikuti garis keturunan sang ibu yaitu suku koto.

Peran wanita memang sangat di hormati dan di hargai oleh masyarakat minang dari sejak dulu kala sebelum ada emansipasi wanita di Indonesia. Masyarakat Minangkabau sudah lebih dahulu menerapkan hal tersebut pada budaya dan adat istiadat mereka.

Sekarang blog Minangkabau akan mengulas tentang pakaian Tradisional yang di gunakan wanita atau perempuan di Minangkabau. Atau boleh di bilang pakaian kebesaran bagi seorang wanita di minangkabau saat menjalani prosesi pernikahan. Baca juga

1. Baju Daerah Wanita Minang

Pada umumnya Baju-baju adat Minangkabau yang biasanya adalah semacam baju kurung yang longgar (tidak ketat), tebal (tidak transparan, tidak menerawang, tidak tembus pandang), sopan, tertutup. Mulai dari leher sampai ke mata kaki dan dihiasi dengan tutup kepala yang bentuknya beraneka ragam sesuai dengan daerah asal yang lebih spesifik. Diketahui di setiap daerah mempunyai keunikan tersendiri dalam pakai adat atau busana. Baik suntiang maupun pakaian dan busana.

Oleh karena itu baju adat minangkabau yang cenderung tertutup, longgar dan tidak transparan ini, maka sangat mudah memadukannya dengan jilbab seperti kekinian tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya. Baca juga Busana Adat Minangkabau, Aturan Wajib dan Bagiannya. 

Dan catatan penting dari penulis untuk pegiat seni Jika ada yang ingin memodifikasi dan berkreasi dengan pakaian adat Minangkabau silahkan, tetapi perlu diingat dan di perhatikan aturan pakem-pakem yang ada. Jangan sampai di hilangkan nilai filosofinya karena bisa merusak budaya itu sendiri. Dan jika telah merusak maka akan merusak masyarakatnya.

Secara garis besar baju perempuan Minang terdiri dari dua jenis. Yaitu baju kurung basiba dan baju kurung melayu (kebaya panjang). Kedua jenis pakaian wanita ini sudah lazim digunakan oleh perempuan Minangkabau sejak dahulu. Yang saat ini baju tersebut menjadi bagian dari pakaian tradisional Minangkabau.

Jenis baju yang termasuk kedalam pakaian adat ini bukanlah jenis baju yang biasa saja tetapi sudah memiliki nilai-nilai filosofi dan makna tersendiri yang bisa menjadi suatu acuan tingkah laku dari masyarakat minang khususnya para wanita. 
Jika di hitung jenis pakaian adat Minangkabau yang ada disetiap daerah. Mungkin ada sekitar 800 jenis dan bentuk. Baca juga Arti dan Makna Kata Akok, Kaok dan Cangok Dalam Bahasa Minang. 

Temuan ini sangat fantastis bukan? jumlah tersebut disebabkan karena masing-masing nagari di Minangkabau (Sumatera Barat) memiliki jenisnya tersendiri. Perbedaan itu diantaranya terletak pada ornamen dan pernak-pernik yang digunakan. Perbedaan lainnya adalah dalam hal perlengkapan seperti suntiang pada hiasan kepala.

2. Suntiang Kepala, Mahkota Wanita Minangkabau

Seperti diketahui Suntiang merupakan sebuah jenis mahkota adat khusus yang digunakan oleh wanita/perempuan di Minangkabau (Sumatera Barat). Penggunaan suntiang biasanya hanya pada saat hari perayaan atau upacara Adat tertentu. 

Penggunaan Suntiang paling sering digunakan saat upacara pernikahan. Bentuk dari suntiang ini menyerupai kipas dengan warna emas terang dan perak. Suntiang yang asli biasanya terbuat dari bahan emas, perak dan tembaga tetapi untuk saat ini sudah banyak di modifikasi seperti menggunakan bahan aluminium yang di sepuh. Modifikasi ini dilakukan karena suntiang yang terbuat dari logam, (emas, perak, dan tembaga serta aluminium) sangatlah berat bila dikenakan dalam waktu yang lama. Baca juga Makna dan Arti Filosofi Pakaian Penghulu atau Datuk di Minangkabau. 

Di Minangkabau diketahui terdapat dua Jenis suntiang (Mahkota), pertama di sebut suntiang gadang (besar), dengan ukurannya besar dan biasanya digunakan untuk mempelai wanita saat resepsi pernikahan. Dan yang kedua di sebut suntiang ketek (kecil) yang di kenakan oleh para pendamping pengantin wanita tersebut dalam upacara adat pernikahan. 

Untuk lebih jelas tentang perbedaan antara suntiang gadang dengan suntiang Kaciak (Langgam dan dialeg padang biasanya disebut ketek) mari disimak ulasan dan  pembahasan di bawah ini sampai selesai.

1. Suntiang Gadang

Suntiang Gadang pada umumnya memiliki berat sekitar 3,5kg sampai 5kg. Memang terlihat berat dan ini tak mengherankan jika Suntiang pernah dinobatkan sebagai mahkota pengantin terberat di Indonesia. Sementara untuk tingkatannya suntiang gadang memiliki 7 sampai 11 tingkatan.
Sedangkan lapisan suntiang yang berat tersebut terdiri dari deretan bunga serunai berjumlah 3 sampai 5 lapis pada bagian dasar. Dilanjutkan dengan sejumlah hiasan bunga gadang dengan 3 sampai 5 lapisan. Kemudian kembang goyang ditambahkan sebagai pelengkap.

Mahkota suntiang dipercantik dengan hiasan untaian di pipi kiri dan kanan pengantin yang disebut sebagai kote-kote. Beratnya Suntiang yang di kenakan wanita Minangkabau khususnya saat resepsi pernikahan bukan cuma sekedar berat secara bahasa dan dilihat dengan mata. Tetapi ada makna dan filosofi penting untuk perempuan Minangkabau yang terdapat di sana.

Suntiang yang berat tersebut melambangkan beratnya tanggung jawab yang akan diemban oleh seorang wanita (Ibu/bundo) minang setelah menikah nanti. Walaupun berat saat dikenakan tetapi si pemakai suntiang Anak Daro (Mempelai wanita) tetap terlihat anggun, sopan dan feminim. Memakai suntiang ini juga jadi kebanggaan tersendiri bagi setiap wanita Minangkabau saat melangsungkan pernikahan.

2. Suntiang Ketek

Sementara itu untuk suntiang ketek (kaciak) yang dikenakan oleh para pendamping pengantin wanita. Hanya memiliki 3 hingga 5 tingkatan saja. Penggunaan suntiang ketek ini juga sering di kenakan oleh para penari tradisional dalam mengisi acara dari berbagai even budaya. Salah satu alasanya karena suntiang ketek ini beratnya lebih ringan dari suntiang gadang sehingga dalam bergerak akan lebih leluasa. Lagipula makna filosofinya tentu sudah berbeda dari suntiang gadang. 

Tiap daerah di Minang memiliki jenis suntiang yang berbeda dari masing-masing wilayah di Sumatera Barat. Hal ini tentu untuk mewakili ciri khas masing-masing daerah tersebut. Di antaranya suntiang Sungayang, Tanah Datar yang memiliki mahkota, suntiang kurai (Bukittinggi), suntiang Pariaman, dan Solok Selatan serta suntiang Cupak dan Talang. Baca juga Arti dan Makna Malakok Di Minangkabau.

Secara garis besar mode suntiang bisa di kelompokan menjadi, Suntiang bungo pudiang (suntiang berbunga puding), Suntiang pisang saparak (suntiang pisang sekebun), Suntiang pisang saikek (suntiang pisang sesisir), Suntiang kambang loyang (suntiang kembang loyang). 

Itulah sekilas ulasan tentang Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek (Kaciak), Mahkota Anggun Perempuan Minang Nan Sarat Makna. Pakaian adat Minangkabau khususnya yang dikenakan oleh wanita di Minangkabau Sumatra Barat saat upacara adat dan pernikahan. Peranan wanita di Minangkabau yang yang sangat urgent makanya diberi gelar dan sebutan Bundo Kanduang bisa di bilang sangat penting. Pendapat dan suaranya selalu didengar dalam setiap musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap persoalan yang ada di masyarakat di lingkungan adat Wilayah Minangkabau. Semoga artikel dengan judul Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek (Kaciak), Mahkota Anggun Perempuan Minang Nan Sarat Makna ini bisa menambaha khazanah ilmu Funsanak tentang Suntiang Gadang dan Suntiang ketek (Kaciak) di Minangkabau. Terimakasih telah berkunjung dan membaca Blogminangkabau.com. Assalamualaikum. 

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar